SURAT PENGGEMBALAAN “Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius”
Oleh
: Fr. YosepSeptiawan, O.Carm
Surat Paulus yang
pertama kepada Timotius merupakan surat penggembalaan. Sebuah surat
yang ditujukan kepada seorang pejabat atau gembala yakni Timotius.
Surat kepada Timotius ini berisikan himbauan dan nasihat-nasihat
kepada pejabat terlebih lagi untuk membangun organisasi gereja dan
kehidupan jemaat.
Jemaat
Surat Paulus ini
ditujukan kepada gembala umat yakni Timotius. Paulus meminta Timotius
untuk mendampingi umat di Efesus. Timotius adalah anak dari seorang
wanita kristen Yahudi dan ayahnya Yunani (Kis 16:1). Ia berasal dari
Listra. Timotius menjadi kristen karena pengaruh dari Paulus (1 Kor
4:17). Ia merupakan teman sekerja Paulus dalam mewartakan injil,
penggembalaan umat, dan dalam mengunjungi umat di Tesalonika (1 Tes
3:2), Filipi (Flp 2: 19) dan Korintus (1 Kor 4:17; 16:10).
Dalam surat ini,
Paulus memberi nasihat kepada Timotius yang sedang mengalami
kesulitan dalam mendampingi umat di Efesus. Jemaat kurang menghargai
dia karena Timotius masih muda (4:12, kira-kira berumur 35 tahun).
Pada waktu itu di Efesus ada banyak pengajar yang sesat, yang
berpegang teguh pada silsilah dan dongeng nenek moyang (1:4; 4:7).
Mereka mengajarkan mereka untuk bertarak, jangan menikah dan
memantangkan berbagai jenis makanan (4:3). Selain itu ada pula
pengajar sesat dari aliran Yahudi yang mengutamakan Taurat (1:6). Ada
pula jemaat yang murtad yaitu Himeneus dan Aleksander.
Tempat
dan Tahun Penulisan
Tempat
dan tahun penulisan surat ini tidak begitu jelas. Ada dugaan bahwa
surat ini ditulis saat Paulus berada dalam penjara yakni pada tahun
64 dan 67. Tetapi ada yang menyatakan bahwa Paulus tidak menulis
surat ini. Ada seorang pengarang yang menulis surat ini dengan atas
nama Paulus. Pendapat lain mengatakan bahwa selama Paulus ada di
penjara ada semacam “sekertaris” yang menulis surat ini dan
ditujukan kepada pejabat dan jemaat tertentu. Tetapi hal ini
menimbulkan banyak kesulitan dan pertanyaan bagi para ahli.
Tujuan
Penulisan
Secara
umum, Paulus menulis surat ini bertujuan untuk membangun gereja yang
lebih teratur dan makin lama makin murni di Efesus (1:18-19). Dalam
surat tersebut, Paulus juga menguatkan Timotius yang sedang mengalami
kesusahan dalam membimbing jemaat di Efesus. Hal ini tampak dalam
tulisan-tulisannya mengenai memperjuangkan hati nurani yang baik
(1:18-19), memperbaiki tata ibadat jemaat (2:1-15), bagaimana menjadi
penilik jemaat dan diaken yang baik (3:1-16), menghadapi
ajaran-ajaran sesat (4: 1-16), mengenai janda (5:3-16) dan beberapa
nasihat lainnya.
Skema
atau Gambaran 1 Timotius
- Paulus dan Timotius (1:1-20). Timotius harus menampik ajaran sesat di Efesus (3-11); pengalaman Paulus tentang rahmat Allah (12-17); tugas khusus untuk Timotius memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni (18-20).
- Ibadah dan tata tertib dalam jemaat (2:1-4:16). Doa jemaat untuk menaikkan permohonan, doa shafaat dan ucapan syukur untuk semua orang (2:1-8); kedudukan kaum perempuan (2:9-15); sifat-sifat penilik jemaat dan diaken (3: 1-13); sifat-sifat dan musuh-musuh gereja (3:14-4:5); tanggung jawab Timotius dalam jemaat (4:6-16).
- Tata tertib dalam jemaat (5:1-25). Tindakan yang cocok terhadap berbagai kelompok, terutama janda dan penantua (5:1-25).
- Berbagai nasihat (6:1-19). Mengenai budak dan tuan (6:1-2), pengajar-pengajar sesat dengan menggunakan silat kata (6:3-5), kekayaan yang mampu menenggelamkan manusia dalam keruntuhan dan kebinasaan (6:6-10), tujuan hidup abdi Allah (6:11-16), kekayaan lagi (6:17-19).
- Nasihat terakhir kepada Timotius (6:20-21). Mengenai menjaga pembicaraan yang tidak penting agar tidak jatuh dalam pengajaran yang sesat.
Relevansi
Dalam
zaman modern ini, fashion
telah berkembang pesat di kalangan kaum pria dan perempuan.
Perkembangan fashion
ini juga mempengaruhi kehidupan umat katolik terkhusus dalam hal
berpakaian. Umat katolik tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik
dalam hal berpakaian. Orang memakai pakaian olahraga, baju yang hanya
sampai di perut, rok pendek ketat saat mengikuti perayaan Ekaristi.
Hal ini menciptakan suasana dosa atau persepsi aneh dalam pikiran
umat yang hadir di Gereja. Orang tidak lagi fokus untuk mengikuti
Ekaristi. Umat perlu memakai pakaian yang pantas dan terlihat sopan
untuk semua orang.
Umat
perlu memperhatikan kembali apa yang dikatakan dalam surat Paulus
kepada Timotius.“Hendaklah
ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya
jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun
pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan
perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
(2:9-10)”.
Umat datang ke Gereja untuk berjumpa dengan Allah bukan menjadi ajang
pamer yang tidak pada tempatnya.
Disamping
bagaimana berpakaian yang baik di Gereja, umat juga perlu
memperhatikan bagaimama nasib orang-orang miskin. Hidup manusia di
dunia itu tidak dalam kesendirian. Manusia yang baru lahir dari rahim
ibu juga dibantu oleh para perawat. Demikian juga dengan hidup orang
miskin dan orang kaya. Orang tidak bisa hidup acuh-tak acuh dengan
mementingkan kesenangan sendiri dan menyingkirkan orang yang miskin.
Mungkin orang berpikir, orang miskin itu malas bekerja sehingga
mereka jatuh miskin. Pemikiran yang demikian tidak bisa dibenarkan.
Berbagi
adalah nilai hidup yang perlu dibudayakan dalam hidup bersama. Ketika
orang mau berbagi, orang mau menyadari bahwa apa yang dimilikinya
bukanlah miliknya sendiri. Barang-barang yang dimilikinya adalah
pemberian dari Allah. Barang tersebut adalah sarana untuk menyalurkan
kasih Allah yang telah dimilikinya dan untuk mencapai hidup yang
sepenuhya.
Rasul
Paulus mengatakan kepada Timotius. “Peringatkanlah
agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka
memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta
sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk
mencapai hidup yang sebenarnya” (6:18-19).
Kepustakaan
Bavinck. J.H.
Sejarah
Kerajaan Allah, Perjanjian Baru.
Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia,1990.
Doulas, J.D. (ed.).
Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini, Jilid
II. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1995.
Groenen, C.
Pengantar
ke dalam Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Komentar
Posting Komentar