MENATA DIRI DEMI HIDUP PANGGILAN
Dalam
era modern ini, dunia menawarkan banyak kenikmatan kepada manusia.
Tawaran itu berupa kesenangan hidup yang tak ada habisnya. Tidak
sedikit orang terjerumus didalamnya sehingga arah dan tujuan hidup
merekapun menjadi kabur. Orientasi hidup mereka hanya mencari
kesenangan dan kenikmatan hidup. Teknologi adalah salah satu tawaran
yang tak bisa ditolak oleh kebanyakan orang.
Seiring
perjalanan waktu, teknologi berkembang cepat dan hal itu mempengaruhi
banyak sisi dalam kehidupan. Jika orang tidak mengikuti pekembangan
zaman ini, orang akan disebut ketinggalan zaman. Orang akan
ditinggalkan ditengah persiangan yang terus menerus yang meminta
manusia untuk selalu mengikutinya.
Internet
adalah produk teknologi modern ini. Ia menawarkan banyak hal kepada
manusia baik positif maupun negatif. Dampak posistif dari internet
antara lain membantu manusia untuk melihat dunia dengan lebih
menyeluruh. Manusia dapat berkomunikasi dengan lebih mudah dengan
kehadiran internet ini. Apalagi dengan pekembangan smartphone,
orang dimudahkan untuk menggunakan sarana ini. Mulai dari anak-anak
sampai orang tuapun, mulai dari frater sampai para imam juga
menggunakan sarana ini. Sejak itu, orang tidak mau melepaskan
smartphone
ditangan mereka. Smartphone
seolah menjadi bagian hidup dari manusia itu sendiri seperti halnya
dengan makanan sebagai kebutuhan pokok.
Selain
itu, pekembangan teknologi yang semakin pesat ini mempengaruhi
kehidupan manusia sendiri; mulai dari pola pikir, kebiasaan,
pergaulan, dan terkhusus hidup rohani. Manusia mempunyai pola
berpikir seperti halnya teknologi. Teknologi menuntut manusia untuk
bekerja lebih cepat dan pasti. Semua hal perlu mendapatkan kalkulasi
yang baik sehingga menampilkan sebuah keuntungan. Sampai manusia
dianggap bukan lagi seorang manusia tetapi sebuah alat untuk
memproduksi sesuatu.
Dalam
dunia pendidikan, internet mempermudah para pelajar untuk memperoleh
pengetahuan. Para pelajar tinggal duduk manis dengan laptop
ditangannya atau komputer didepannya untuk mengakses pengetahuan yang
diperlukan. Meskipun demikian, hal ini membuat para pelajar menjadi
ketergantungan untuk selalu menggunakan internet. Kebiasaan untuk
membaca buku mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, tidak heran juga
virus copy
paste
dari internet menjangkit pola pikir para pelajar saat ini.
Selain
virus copy
paste,
saat ini juga marak dengan game
online.
Game
online
menjadi sebuah tren anak muda saat ini. Dalam sebuah surat kabar Jawa
Pos Radar Malang, Senin, 6 Februari 2017 mengabarkan bahwa anak-anak
muda kota Malang bermalam di warnet (warung internet) hingga habiskan
Rp. 20 Juta rupiah. Hal ini menjadi ironi tersendiri bagi anak muda
sekarang dengan kecanduan game
online.
Mereka menghabiskan hidup mereka hanya didepan komputer. Teman
bermain mereka hanya CPU,
monitor,
mouse,
keyboard,
dan headset.
Pergaulan mereka begitu sempit sehingga mereka sering disebut kuper
(kurang pergaulan).
Pengaruh
perkembangan teknologi yang demikian juga merambah dalam kehidupan
kaum religius. Kaum religius juga ikut ambil bagian untuk mengikuti
pekembangan teknologi ini. Salah satu dari seribu alasan adalah untuk
mewartakan Kerajaan Allah melalui teknologi yang berkembang saat ini.
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga hanyut dalam
kenikmatan dan kenyamanan yang ditawarkan dalam teknologi itu
sendiri. Akhibat yang ditimbulkan ialah mulainya sibuk sendiri dengan
smartphone
ditangannya, lebih banyak menghabiskan waktu didepan komputer
daripada melakukan kunjungan umat, ketika internet mati seolah
jiwanya ada yang hilang dan orang mulai kehilangan arah hidup yang
seharusnya diperjuangkan.
Inilah
adalah satu dari sekian banyak realita yang kita hadapi saat ini.
Kita yang hidup di dunia ini juga tidak bisa lepas dari realita ini.
Meskipun realita itu memberikan dampak yang negatif dalam hidup kita
bukan berarti kita perlu menghindar dari kenyataan ini. Tetapi juga
tidak bisa menutup kemungkinan bahwa kita juga ikut arus dalam
perkembangan zaman ini sehingga arah dan tujuan hidup tidak
diperhatikan lagi. Mereka tidak bisa menata hidup dengan baik. Mereka
tidak bisa membedakan mana yang prioritas dan mana yang aksidental
(tidak terlalu penting). Mereka hanya memikirkan diri sendiri,
mencari kesenangan dan kenikmatan sendiri sampai jatuh dalam hubungan
sex bebas dan narkoba, mempunyai pandangan yang negatif terhadap
sesama, lingkungan, dunia dan relasi antar teman menjadi semakin
jauh.
Oleh
karena itu, kita perlu merefleksikan kembali hidup panggilan kita
ini. Apakah aku hanya mencari kesenangan dan kenikmatan saja dalam
hidup panggilanku ini? Apakah aku akan tinggal dalam zona nyaman
terus? Bagaimana hubunganku dengan temanku? Bagaimana caraku
menanggapi perkembangan zaman dengan dampak positif dan negatif ini?
Bagaimana hidup panggilanku dapat kuhidupi? Apa yang harus aku
perjuangkan dalam hidup ini? apa tujuan hidupku saat ini? Lalu sampai
pada pertanyaan bagaimana saya dapat menata diri sehingga dapat
menanggapi persoalan itu dengan baik?
“SEBUAH
PERSEMBAHAN SEPENUH HATI”
Jadilah
Dirimu Sendiri, Tentukan Tujuanmu
Panggilan
kita adalah sebuah perjalanan mengikuti Yesus. Sebuah panggilan yang
meminta kita untuk memberikan diri kita sepenuhnya. Kita diminta
untuk mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup, kudus dan
berkenan kepada Allah (bdk. Rm 12:1). Inilah yang diminta oleh Allah.
Banyak
orang tidak menyadari akan panggilan Allah yang demikian. Mereka
hanya bergerak sesuai apa yang mereka harapkan. Mereka bergerak
sesuai apa yang mereka inginkan. Yang menjadi pertanyaan bagi kita
adalah mengapa mereka tidak sampai pada sebuah pengenalan akan
panggilan Allah yang demikian?
Dalam
proses pendidikan awal penting sekali untuk menekankan pengenalan
diri yang baik. Pengenalan diri yang baik membantu seseorang untuk
menemukan tujuan hidup sesungguhnya yakni bersemuka dengan Allah
(bdk. Why 22:4-5). Pengenalan diri yang demikian bukanlah monopoli
orang-orang yang terpanggil tetapi ditujuan kepada semua orang.
Pengenalan diri menjadi sebuah dasar bagi semua orang untuk
menjalankan hidup panggilannya. Pada akhirnya pengenalan diri akan
membawa orang pada sebuah jalan untuk mengenal Allah.
Tanpa
pengenalan diri yang baik orang akan melakukan tindakan yang gegabah.
Orang sering tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Ia hanya
melakukan apa yang ingin dilakukan. Orang tidak lagi melihat setiap
tujuan yang hendak ia capai. Tindakan-tindakan yang demikian tidak
akan menghasikan apapun yang berguna bagi masa depannya. Ia hanya
berorientasi mencari kesenangan dan kenikmatan pribadi. Inilah yang
disebut dengan zona nyaman.
Zona
nyaman adalah situasi nyaman yang diciptakan oleh pribadi itu sendiri
untuk mencari kepuasan pribadi dimanapun ia berada. Perlu kita
tekankan bahwa zona nyaman bukanlah sesuatu yang buruk sama sekali.
Semua orang ingin merasa nyaman dan aman dalam hidup mereka. Mereka
tidak mau mendapatkan ancaman terus menerus dalam hidupnya. Jikalau
kita tidak nyaman dalam hidup panggilan kita bagaimana kita dapat
menghidupi panggilan Allah ini. Salah satu tolak ukur orang merasa
nyaman dengan panggilan hidupnya adalah wajah yang gembira. Oleh
karena itu, zona nyaman adalah hal perlu untuk hidup sehari-hari.
Meskipun
demikian, kita sebagai orang yang tepanggil, zona nyaman bukanlah
satu-satunya tujuan yang hendak dicapai. Kita perlu mengingat bahwa
dalam hidup ini orang juga tidak lepas dari pelbagai masalah. Kita
hidup dalam zona yang penuh dengan permasalahan. Masalah itu akan
datang silih berganti dan tidak akan ada habisnya. Memang
kenyataannya adalah banyak orang tidak menyukai kalau mereka
mendapatkan masalah dalam hidup mereka. Mereka hanya menginginkan
hidup yang penuh dengan kenyamanan. Padahal hidup juga meminta orang
untuk berjuang untuk menghadapi setiap masalah yang ada.
Oleh
karena itu, kita tidak heran jika orang selalu mencari pelarian dalam
hidup mereka. Pelarian ini ada banyak macam-macam. Dalam hidup
komunitas, jika orang tidak cocok dengan saudara-suadaranya yang ada
di komunitas, ia akan mencari teman lain di luar komunitasnya.
Biasanya orang yang demikian, hanya ramah di luar dan busuk di dalam.
Adapula orang yang tidak tahan dengan permasalahan dalam hidupnya, ia
menghabiskan waktu hanya untuk tidur, melihat film terus menerus,
melakukan mastrubasi, dan internetan terus menerus. Pelarian yang
demikian bukanlah pelarian yang positif. Pelarian yang demikian hanya
membawa orang pada kehancuran diri sendiri. Permasalahan tidak akan
diselesaikan jika hanya berhadapan dengan komputer kita
masing-masing. Maka orang perlu melakukan instropeksi diri atau
pengenalan diri yang baik sehingga ketika mendapatkan masalah ia tahu
harus kemana dan harus berbuat apa.
Instropeksi
ini kadang dianggap kegiatan yang membosankan dan memberikan beban
dalam hidup. Kita ketahui bersama bahwa ketika kita mulai mengenal
diri, kita berjumpa dengan diri kita yang sebenarnya. Terkadang
perjumpaan yang demikian membuat diri semakin tidak nyaman dengan
diri kita sendiri. Kita menemukan kelemahan dan sekaligus kelebihan
kita. Tetapi ini adalah jalan instropeksi diri. Orang mau tidak mau
harus masuk dalam dirinya sendiri untuk menemukan tujuan hidupnya.
Nelson
Mandela pernah mengatakan demikian, “musuh
terbesarku bukanlah mereka yang menahanku dipenjara melainkan diriku
sendiri”.
Pernyataan demikian ia dapatkan ketika ia masuk dalam dirinya
sendiri. Ia menemukan cacat yang ada dalam dirinya yakni egoisme,
haus akan kekuasaan, ketakutan dan kurang percaya diri. Meskipun
demikian, ia tidak menyerah dengan melihat hal demikian dalam
dirinya. Ia berusaha untuk menerima diri sambil menghapus sedikit
demi sedikit noda hitam dalam dirinya. Oleh karena itu tidak heran,
setelah ia menjalani masa penjaranya, ia melanjutkan impiannya yakni
membangun Afrika dengan lebih baik di usia yang sudah tua. Menerima
diri apa adanya adalah salah satu buah dari pengenalan diri.
Orang
yang menerima diri adalah orang yang yakin dengan dirinya, tahu apa
yang akan dan sedang diperbuat dan menyatakan bahwa cacat dalam
dirinya adalah rahmat yang besar dalam dirinya. St. Theresia dari
Liseux dalam perjalanan rohaninya menemukan bahwa ketika ia jatuh
dengan kelemahan dalam dirinya, ia menemukan rahmat yang
berlimpah-limpah dalam hidupnya. Kelemahan yang ada dalam dirinya
membuat ia semakin bergantung kepada Allah semata. Ia percaya bahwa
Allah akan mengangkatnya jika ia jatuh kembali. Pengalaman rohani St.
Theresia dari Liseux ini perlu kita simak dalam proses pengenalan
diri.
Menerima
diri sendiri adalah hal yang penting dalam perjalanan formatio kita.
Kita perlu mencintai dan menerima diri kita apa adanya. Menerima diri
juga berarti kita membuka diri untuk Allah bekerja dalam diri kita.
Kita perlu yakin dan percaya bahwa Allah juga turut bekerja dalam
perjalanan formatio kita. Kita hanya diminta untuk terbuka dengan
kehendak Allah dan berpasrah kepadanya. Ia sendiri yang akan membantu
kita untuk menyembuhkan luka-luka kita dan memperbaikinya.
Pemahaman
diri yang baik juga ditempa oleh tantangan-tantangan hidup yang kita
alami dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan hidup ini membantu kita
untuk mengenal diri dan menegaskan arah hidup kita. Tantangan hidup
ini juga menentukan apakah aku ini sungguh-sungguh untuk menjalani
hidup panggilan ini atau tidak. Ibarat dalam sebuah pertandingan
sepak bola untuk melihat apakah ia mempunyai kualitas yang terbaik
atau tidak ia harus berlomba dengan pemain yang lain. Ia harus terjun
di dalamnya.
Dalam
menghadapi setiap tantangan, kita perlu untuk terbuka dengan
penyelenggaraan Ilahi. Kita perlu melihat bahwa Allah juga ikut serta
dalam perjuangan kita. Jika kita dapat melihat bahwa tantangan itu
bagian dari rencana kasih Allah maka cara pandang kitapun akan diubah
olehNya. Penderitaan bukan lagi menjadi beban tetapi sebuah anugerah
yang Allah berikan kepadaNya. Cara kita menghadapi penderitaan akan
berubah menjadi keutamaan hidup. Sebuah keutamaan yang akan
menjadikan kita siap untuk menghadapi segala tantangan yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Kita akan menyadari hal ini jika
kita mau kembali kepada Allah dan merenungkan hidup dengan
berrefleksi. Oleh karena itu penting sekali orang untuk berrefleksi
atas hidup yang jalani.
BERLUTUT
DALAM HENING:
Menarik
Diri Agar Dapat Melihat Lebih Jelas
Ketika
menjalani masa novisiat, kami diberi kesempatan untuk mengalami masa
padang gurun di Tumpang. Padang gurun yang dimaksud bukanlah padang
gurun dalam arti yang sebenarnya, yakni hidup ditengah hamparan
pasir. Padang gurun yang dimaksudkan ialah situasi hening tanpa
percakapan kecuali saat doa dan Ekaristi bersama. Ketika menjalani
masa padang gurun ini, kami diajak untuk merefleksikan kembali hidup
panggilan kami masing-masing. Kami diminta untuk mengambil keputusan
yang baik, apakah saya akan mengikrarkan kaul atau tidak. Masa padang
gurun merupakan masa sulit yang pernah saya alami karena harus
memikirkan dan merenungkan kembali hidup yang telah saya jalani.
Dalam keheningan, saya terus menerus untuk merenungkan kembali hidup
saya ini dengan lebih baik. Saya selalu berharap bahwa saya dapat
mengambil keputusan yang baik untuk mengikrarkan kaul kebiaraan
Karmel nantinya. Sejak itu, saya menyadari bahwa sikap hening sangat
penting sekali dalam pembentukan hidup panggilan saya saat ini.
Sikap
hening merupakan bagian dari proses refleksi. Hidup yang tidak
direfleksikan tidak pantas untuk dihidupi. Pernyataan Filosof
Sokrates ini perlu mendapat perhatian kita bersama terkhusus dalam
menjalani panggilan. Jika kita tidak merefleksikan hidup, kita akan
melewatkan banyak hal dalam hidup ini. Merefleksikan hidup berarti
kita mau melihat kembali masa lalu kita, merenungkan kembali setiap
pikiran, tindakan, perkataan dan keinginan yang telah kita lakukan.
Yesus sendiri juga memberikan teladan bagi kita untuk menarik diri
ditengah kesibukan pelayanannya. Kita diminta untuk merenungkan,
merefleksikan kembali hidup yang telah dijalani dengan mencari tempat
yang hening (bdk. Mat 26:36).
Paus
Fransiskus ketika menjadi pendamping seminaris di Buenos Aires, ia
selalu menekankan kepada para seminaris untuk mengambil sikap hening
dalam kehidupan sehari-hari. Ia sangat disiplin dalam hal ini. Paus
Fransiskus berharap sikap hening ini menjadi bagian dalam hidup
mereka. Sikap hening ini akan membantu mereka ketika mereka dalam
kesendirian.1
Dalam
benak kita mungkin sempat berpikir mengambil sikap hening merupakan
sikap yang berlawanan dengan sikap dunia ini. Seringkali kita memilih
untuk hidup dalam keramaian daripada mengambil sikap hening. Kadang
kala kita berpikir bahwa mengambil sikap hening hanya akan membuang
waktu-waktu saja. Lebih baik aku melakukan sesuatu yang dapat
menghasilkan sesuatu yang berguna. Pola pikir yang demikian inilah
yang diminta oleh dunia saat ini. Mereka selalu memprioritaskan
pekerjaan mereka. Bagi mereka waktu adalah uang.
Belajar
memprioritaskan sesuatu dalam hidup ini sangatlah penting. Bagi orang
yang baru belajar untuk memprioitaskan sesuatu, menentukan prioritas
sangatlah sulit untuk dilakukan. Meskipun demikian, kita perlu
belajar banyak untuk bisa menentukan prioritas yang baik dalam hidup
ini.
Rm.
Hariawan, O.Carm adalah wakil profinsial Ordo Karmel Provinsi
Indonesia saat ini. Ketika mengikuti acara Vacare
Deo
di berbagai tempat, beliau selalu didapati sedang sibuk. Mulai dari
mempersiapkan acara, menyiapkan makanan, mencari dana dan lain
sebagainya. Saya terkesan dengan beliau karena ia melakukannya dengan
senang gembira. Seolah-olah, beliau tidak terbeban dengan pekerjaan
yang ia pikul tersebut. Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada
beliau,”Romo,
semangat sekali, sampai lembur-lembur begini?”.
“Ya,
ialah karena Tuhan
telah baik kepada kita”
sahutnya.
Kegembiraanpun tersirat dalam wajahnya. Sayapun tersentuh dengan
pernyataan beliau. Lalu saya teringat dengan sebuah pernyataan bahwa
kita
mencintai bukan semata-mata berasal dari diri kita. Kita berbuat baik
karena Allah Bapa telah memperlakukan kita dengan baik pula.
Pernyataan itu menjadi refleksi bagi saya, mengapa saya merasa
terbebani ketika saya mendapatkan banyak pekerjaan dan persoalan yang
harus saya selesaikan? Lalu dalam refleksi tersebut, saya menemukan
bahwa penting sekali orang mempunyai tujuan dan bisa memprioritaskan
sesuatu hal dengan baik.
Memprioritaskan
sesuatu juga mengandaikan mempunyai tujuan yang jelas. Prioritas
tidak bisa dilepaskan dari tujuan hidup yang sedang kita jalanai.
Kita akan kesulitan jika kita tidak menentukan tujuan dalam hidup
kita. Tujuan
itu akan membawa kita pada tindakan, pikiran, dan harapan yang akan
kita lakukan.
Salah satu ciri orang yang tidak mempunyai tujuan ialah ia tidak tahu
harus berbuat apa dalam hidupnya. Ia melakukan apa yang ia inginkan.
Ia tidak bisa menata hidup sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kita
adalah orang-orang yang terpanggil untuk mengikuti Yesus Kristus.
Sebagai orang-orang yang mengikuti Yesus, kita perlu mengarahkan
pandangan kepadaNya. Kita mencoba melangkah bersamaNya, tinggal
bersamaNya dan hidup sepertiNya. Kita berusaha menjadikan hidup Yesus
menjadi hidup kita. Kita belajar untuk berpikir, bertindak dan
seperasaan dengan Yesus. Inilah gambaran ideal sebagai orang-orang
yang mengikuti Yesus. Dengan demikian, inilah prioritas yang harus
ada dalam benak orang-orang yang terpanggil.
Mengikuti
Yesus merupakan prioritas utama, yang menggerakkan setiap tindakan
dan pikiran kita.
Oleh karena itu, penting sekali hal ini perlu ditekankan dalam masa
formatio. Dengan tujuan yang jelas yakni mengikuti Yesus, kita dapat
menentukan mana yang penting dan tidak penting untuk sampai pada
tujuan tersebut.
Sedikit
pengalaman dari saya. Selama masa formatio, saya mencoba membiasakan
diri untuk membuat sebuah daftar. Daftar itu berupa kumpulan tugas
maupun rencana kegiatan yang akan saya lakukan baik satu hari maupun
untuk jangka panjang. Pada awalnya, saya mengalami kesulitan untuk
melakukan hal ini. Salah satu tantangan yang harus saya hadapi adalah
kesenangan. Saya selalu tergoda untuk melakukan kesenangan daripada
konsisten dengan apa yang saya rencanakan. Tetapi lambat laun, saya
mulai terbiasa dengan kegiatan seperti ini. Membuat daftar atau
perencanaan ini membantu saya dalam banyak hal. Mulai dari
memprioritaskan sesuatu; menentukan
mana yang penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting
mendesak, tidak penting dan tidak mendesak;
tidak
menunda-nunda pekerjaan; menata waktu dengan baik;
pola pikir yang terstruktur sampai sebuah penentuan ini adalah
kegiatan yang saya perlukan untuk mengikuti Yesus. Sekiranya hal ini
juga menjadi bagian dari hidup kita.
MENYIAPKAN
MASA DEPAN:
Menata
Diri Demi Hidup Panggilan
Saat
ini, kita perlu menyadari bahwa panggilan kita ini begitu berharga.
Di tengah kehidupan modern ini, banyak sekali problematika yang akan
kita hadapi. Kitapun sebagai orang yang terpanggil juga tidak bisa
lepas dari problematika ini. Problematika ini akan menuntut banyak
hal kepada kita sehingga mau tidak mau kita harus menghadapi itu
semua. Oleh karena itu, penting sekali saat ini, terkhusus dalam masa
formatio kita menyiapkan diri dengan baik, menata diri dengan baik
sehingga kita mampu menanggapi zaman yang terus berubah.
Setelah
merefleksikan sedikit menganai pengenalan diri, menentukan tujuan,
dan memprioritaskan sesuatu, kita mencoba melihat pentingnya menata
hidup dalam menapaki hidup panggilan.
Pengenalan
diri, menentukan tujuan hidup dan memprioritaskan sesuatu merupakan
dasar yang harus kita miliki sebagai langkah awal untuk menata diri
dengan lebih baik. Menata diri memiliki banyak aspek yang disentuh.
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan antara lain hidup
sosial, emosional2
dan hidup rohani.
Secara
umum, kita mengerti menganai menata diri ialah soal menaati
peraturan. Pemahaman ini tidaklah salah sebab dengan menaati
peraturan, kita tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain dan diri
sendiri. Tetapi perlu diperhatiakan bahwa menata diri tidak hanya
berbicara mengenai menaati peraturan.
Menaati
peraturan merupakan aspek menata diri dalam hidup sosial. Kita
sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri. Kita mau tidak mau harus
berelasi dengan orang lain. Sebagai pribadi, kita juga mempunyai
kebebasan untuk mengungkapkan diri atau mengaktualkan dirinya di
tengah masyarakat. Meskipun kita mempunyai kebebasan untuk
mengaktualkan diri, kita juga perlu mengingat bahwa orang lainpun
juga mempunyai kebebasan yang serupa. Jika kita dengan ego yang besar
mempertahankan kebebasan kita sendiri tanpa memperhatikan kebebasan
orang lain maka akan terjadi kerusuhan. Oleh karena itu, orang
memperlukan aturan agar orang mampu bertanggung jawab dengan
kebebasan yang ia lakuan. Aturan ini hadir demi kebaikan bersama.
Dalam
menaati peraturan, kita perlu menyadari bahwa aturan itu bersifat
dinamis. Sifat dinamis ini diperlukan dalam menjalani aturan. Artinya
ketika kita menjalani aturan, aturan itu bukan untuk membelenggu
kita. Pada dasarnya aturan itu membebaskan. Membebaskan dalam arti
bahwa kita dijauhkan dari kecenderungan-kecenderungan yang menjauhkan
kita dari tujuan kita semula yakni mengikuti Yesus Kristus. Oleh
karena itu, aturan tidak boleh di mengerti sebuah penjara tetapi
sebuah pagar yang membantu kita untuk sampai pada tujuan kita.
Dalam
menjalani aturan, kita perlu juga memaknai setiap aturan yang kita
jalani. Aturan itu pada dasarnya baik yakni mambantu kita untuk
membatasi kecenderungan-kecenderungan kita untuk melenceng dari
tujuan kita semula. Karena aturan itu baik maka aturan tersebut
menjadi bagian dari hidup kita. Ketika aturan menjadi bagian dari
hidup kita maka kita akan menjalani aturan tersebut tanpa beban dan
mengerti, mengapa saya melakukan aturan tersebut. Inilah proses
penataan diri yang sering kita jumpai dalam kehidupan berkomunitas.
Selain
menata diri hidup sosial, kita juga perlu menata emosi kita. Menurut
ilmu psikologi, saat ini kita berada dalam masa pencarian jati diri.3
Sebuah masa, kita mencari jati diri dan tujuan hidup kita. Disamping
itu, kita juga digerakkan semangat besar untuk melakukan sesuatu
tetapi belum bisa mempertimbangkan sesuatu dengan baik. Ketika kita
mendapat sebuah masalah, emosi kita mudah untuk meluap-luap sampai
kita sulit untuk mengontrol diri. Sampai pada suatu titik, emosi yang
demikian terkadang membawa kita pada sebuah keputusan yang salah.
Inilah sebuah problem yang harus kita hadapi.
Kita
perlu menyadari bahwa kita berada dalam masa yang demikian. Masa-masa
pencarian jati diri ini akan membawa kita pada sebuah
karakter-karakter yang ada dalam diri kita. Secara sederhana, masa
pencarian jati diri ini, kita mau menjadi orang yang bagaimana. Oleh
karena itu, kita perlu menerima proses ini dengan baik saat ini.
Dalam
pencarian diri ini, kita juga akan mengalami stress karena banyak
persoalan yang tidak bisa kita hadapi. Kita mengalami kebuntuan dan
tidak tahu cara menyelesaikan persoalan. Emosi kita mulai sulit
terkontrol dan sering menyalahkan orang lain terlebih menyalahkan
diri sendiri. Teman sekomunitaspun menjadi bingung dengan sikap teman
yang demikian. Memang hal ini perlu mendapatkan perhatian kita
bersama bagaimana mengolah emosi dengan baik. Pengelohan emosi yang
baik akan membawa kita pada sebuah pemahaman baru mengenai siapa diri
kita.
Berpikir
posistif adalah sebuah cara yang saya dapatkan ketika rekoleksi
dengan Rm. Winur, Pr. Beliau dalam sesi rekoleksi juga menyingung
mengenai bagaimana mengelola emosi dengan baik. Salah satu cara yang
mudah dan sudah dikenal oleh semua orang ialah dengan berpikir
positif.
Kita
perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini tidak ada istilah gagal
total. Atau sebagai manusia kita juga bukan manusia yang sempurna.
Orang cacatpun juga tidak semuanya cacat. Pasti dalam diri seseorang
juga ada yang dibanggakan. Pasti dalam diri seseorang juga kebaikan
ditengah kejahatan. Setidaknya pembunuh tidak membunuh anaknya
sendiri. Tidak ada istilah gagal murni.
Berpikir
positif membantu kita untuk melihat sisi positif yang ada dalam diri
kita. Ketika melihat sisi positif dalam diri kita, dalam menilai
diri, kita juga tidak berat sebelah. Jika orang hanya melihat sisi
negatifnya saja, saya yakin seratus persen hidupnya tidak akan
bahagia. Tetapi ketika seseorang melihat dirinya dengan sisi positif
dan negatif secara berimbang maka ia akan memahami dirinya dengan
labih baik. Jika seseorang mempunyai kelebihan atau kebaikan dalam
dirinya, maka patut untuk dikembangkan. Jika seseorang mempunyai
kelemahan atau keburukan, maka seseorang tersebut perlu menerima
kelemahan itu sebagai bagian dalam diri kita. Dengan kelemahan itu
kita juga perlu melihat rahmat di dalamnya. Kelemahan tersebut
mendorong kita untuk meminta tolong kepada orang yang mampu membantu
kita untuk mengatasi kelemahan ini. Maka terciptalah, sikap rendah
hati. Sikap rendah hati tidak datang dari kelebihan tetapi penerimaan
diri dari kelemahan yang ada dalam diri kita. Sikap rendah hati
berangkat dari sebuah penerimaan diri bahwa saya mempunyai kelebihan
dan kelemahan yang ada dalam diri kita. Melalui proses ini, berpikir
positif akan membantu kita untuk menata diri dengan baik dengan
melihat kelemahan dan kelebihan kita secara berimbang.
Penataan
diri yang terakhir adalah penataan diri dalam bidang rohani. Penataan
diri ini penting sekali bagi orang yang menjalani hidup sebagai
seorang religius. Kita tidak bisa membiarkan hidup rohani kita begitu
saja dan lebih mengedepankan kemampuan diri. Dalam menata diri baik
fisik maupun rohani itu perlu seimbang. Jika tidak mengalami
keseimbangan maka akan terjadi tetimpangan dalam hidupnya.
Penataan
diri dalam hidup rohani lebih dikenal dengan displin rohani atau olah
rohani. Dalam tradisi Karmel, kami membiasakan diri untuk bermeditasi
setiap pagi dan sore selama setengah jam. Meditasi ini merupakan olah
rohani yang cukup di kenal dan banyak orang yang sudah melakukannya.
Meditasi dilakukan untuk mengolah diri dengan baik terkhusus dalam
pengenalan diri pada tahap awal. Buah pengenalan diri pada awal
proses meditasi sangat diperlukan. Buah dari pengenalan diri yang
baik adalah kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang menjadi
kunci dalam perkembangan hidup rohani seseorang.
Selain
bermeditasi, Lectio
Divina juga
merupakan bentuk dari olah rohani. Melalui Lectio
Divina,
kita semakin menyadari kehendak Allah dalam hidup kita. Kehendak
Allah inilah yang akan membantu kita untuk menetukan arah hidup yang
harus kita pilih. Sabda Allah akan membimbing kita untuk mengenal
Allah dan mengenal diri dengan lebih baik. Oleh karena itu, kita
perlu menggiatkan diri untuk bermeditasi dan Lectio
Divina
sebagai bentuk dari penataan diri demi menyiapkan masa depan yang
baik.
PENUTUP
Let’s
Do It
Refleksi
ini akan saya tutup dengan sebuah pernyataan dari seorang mantan
Yesuit yang bernama Chris Lowney;
“Kadang
kita hanya perlu untuk memulai dan mulai melihat permasalahan dengan
berada ditengah-tengah mereka dan jalan pemecahan akan muncul ketika
kita mulai mengambil inisiatif. Inisiatif ini lalu memunculkan
tindakan selanjutnya. Langkah-langkah awal kita akan menunjukkan
apakah kita sudah melakukan tindakan yang benar atau belum”4
Marilah
kita mulai menata diri dengan lebih baik dengan menyertakan Tuhan
dalam hidup kita. Tuhan Memberkati. Berkah Dalem.
Oleh: Fr. Yosep Septiawan, O.Carm
Sumber
Bacaan
Adji,
Hariawan (terj). Inilah
Jalan Menuju Kekudusan dan Kebaikan: Sebuah Paduan RIVC Pedoman
Pembinaan Hidup Karmelit.
Malang: Karmelindo. 2016.
Kusbiantoro,
Paulus Teguh. Psikologi
Hidup Rohani.
Malang: Biara Santo Samsone. 2015.
Lowney,
Chris. Paus
Fransiskus, Sang Pemimpin.
Yogyakarta: Kanisius. 2016.
Saputra,
Ignatius Wardi. Ongoing
Formation, Pergulatan Menjadi Seperti Yesus.
Yogyakarta: Obor. 2016.
1
Lowney, Chris. Paus Fransiskus, Sang Pemimpin. Yogyakarta:
Kanisius. 2016. hlm. 119
2
Saputra, Ignatius Wardi.
Ongoing Formation,
Pergulatan Menjadi Seperti Yesus.
Yogyakarta: Obor. 2016. hlm. 75- 89.
3
Kusbiantoro, Paulus Teguh.
Psikologi Hidup
Rohani. Malang: Biara
Santo Samsone. 2015. hlm. 74
4
Lowney, Chris. Paus Fransiskus,
Sang Pemimpin. Yogyakarta: Kanisius. 2016. hlm. 107-108
Choo Casino site review 2021 - ChoEgoCasino
BalasHapusChoo Casino is not one 메리트카지노 of the most popular and 제왕 카지노 exciting casinos in the world. It's the newest casino from the famous Las Vegas 카지노사이트 gambling market,