MENATA DIRI DEMI HIDUP PANGGILAN




Dalam era modern ini, dunia menawarkan banyak kenikmatan kepada manusia. Tawaran itu berupa kesenangan hidup yang tak ada habisnya. Tidak sedikit orang terjerumus didalamnya sehingga arah dan tujuan hidup merekapun menjadi kabur. Orientasi hidup mereka hanya mencari kesenangan dan kenikmatan hidup. Teknologi adalah salah satu tawaran yang tak bisa ditolak oleh kebanyakan orang.
Seiring perjalanan waktu, teknologi berkembang cepat dan hal itu mempengaruhi banyak sisi dalam kehidupan. Jika orang tidak mengikuti pekembangan zaman ini, orang akan disebut ketinggalan zaman. Orang akan ditinggalkan ditengah persiangan yang terus menerus yang meminta manusia untuk selalu mengikutinya.
Internet adalah produk teknologi modern ini. Ia menawarkan banyak hal kepada manusia baik positif maupun negatif. Dampak posistif dari internet antara lain membantu manusia untuk melihat dunia dengan lebih menyeluruh. Manusia dapat berkomunikasi dengan lebih mudah dengan kehadiran internet ini. Apalagi dengan pekembangan smartphone, orang dimudahkan untuk menggunakan sarana ini. Mulai dari anak-anak sampai orang tuapun, mulai dari frater sampai para imam juga menggunakan sarana ini. Sejak itu, orang tidak mau melepaskan smartphone ditangan mereka. Smartphone seolah menjadi bagian hidup dari manusia itu sendiri seperti halnya dengan makanan sebagai kebutuhan pokok.
Selain itu, pekembangan teknologi yang semakin pesat ini mempengaruhi kehidupan manusia sendiri; mulai dari pola pikir, kebiasaan, pergaulan, dan terkhusus hidup rohani. Manusia mempunyai pola berpikir seperti halnya teknologi. Teknologi menuntut manusia untuk bekerja lebih cepat dan pasti. Semua hal perlu mendapatkan kalkulasi yang baik sehingga menampilkan sebuah keuntungan. Sampai manusia dianggap bukan lagi seorang manusia tetapi sebuah alat untuk memproduksi sesuatu.
Dalam dunia pendidikan, internet mempermudah para pelajar untuk memperoleh pengetahuan. Para pelajar tinggal duduk manis dengan laptop ditangannya atau komputer didepannya untuk mengakses pengetahuan yang diperlukan. Meskipun demikian, hal ini membuat para pelajar menjadi ketergantungan untuk selalu menggunakan internet. Kebiasaan untuk membaca buku mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, tidak heran juga virus copy paste dari internet menjangkit pola pikir para pelajar saat ini.
Selain virus copy paste, saat ini juga marak dengan game online. Game online menjadi sebuah tren anak muda saat ini. Dalam sebuah surat kabar Jawa Pos Radar Malang, Senin, 6 Februari 2017 mengabarkan bahwa anak-anak muda kota Malang bermalam di warnet (warung internet) hingga habiskan Rp. 20 Juta rupiah. Hal ini menjadi ironi tersendiri bagi anak muda sekarang dengan kecanduan game online. Mereka menghabiskan hidup mereka hanya didepan komputer. Teman bermain mereka hanya CPU, monitor, mouse, keyboard, dan headset. Pergaulan mereka begitu sempit sehingga mereka sering disebut kuper (kurang pergaulan).
Pengaruh perkembangan teknologi yang demikian juga merambah dalam kehidupan kaum religius. Kaum religius juga ikut ambil bagian untuk mengikuti pekembangan teknologi ini. Salah satu dari seribu alasan adalah untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui teknologi yang berkembang saat ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga hanyut dalam kenikmatan dan kenyamanan yang ditawarkan dalam teknologi itu sendiri. Akhibat yang ditimbulkan ialah mulainya sibuk sendiri dengan smartphone ditangannya, lebih banyak menghabiskan waktu didepan komputer daripada melakukan kunjungan umat, ketika internet mati seolah jiwanya ada yang hilang dan orang mulai kehilangan arah hidup yang seharusnya diperjuangkan.
Inilah adalah satu dari sekian banyak realita yang kita hadapi saat ini. Kita yang hidup di dunia ini juga tidak bisa lepas dari realita ini. Meskipun realita itu memberikan dampak yang negatif dalam hidup kita bukan berarti kita perlu menghindar dari kenyataan ini. Tetapi juga tidak bisa menutup kemungkinan bahwa kita juga ikut arus dalam perkembangan zaman ini sehingga arah dan tujuan hidup tidak diperhatikan lagi. Mereka tidak bisa menata hidup dengan baik. Mereka tidak bisa membedakan mana yang prioritas dan mana yang aksidental (tidak terlalu penting). Mereka hanya memikirkan diri sendiri, mencari kesenangan dan kenikmatan sendiri sampai jatuh dalam hubungan sex bebas dan narkoba, mempunyai pandangan yang negatif terhadap sesama, lingkungan, dunia dan relasi antar teman menjadi semakin jauh.
Oleh karena itu, kita perlu merefleksikan kembali hidup panggilan kita ini. Apakah aku hanya mencari kesenangan dan kenikmatan saja dalam hidup panggilanku ini? Apakah aku akan tinggal dalam zona nyaman terus? Bagaimana hubunganku dengan temanku? Bagaimana caraku menanggapi perkembangan zaman dengan dampak positif dan negatif ini? Bagaimana hidup panggilanku dapat kuhidupi? Apa yang harus aku perjuangkan dalam hidup ini? apa tujuan hidupku saat ini? Lalu sampai pada pertanyaan bagaimana saya dapat menata diri sehingga dapat menanggapi persoalan itu dengan baik?

SEBUAH PERSEMBAHAN SEPENUH HATI”
Jadilah Dirimu Sendiri, Tentukan Tujuanmu

Panggilan kita adalah sebuah perjalanan mengikuti Yesus. Sebuah panggilan yang meminta kita untuk memberikan diri kita sepenuhnya. Kita diminta untuk mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah (bdk. Rm 12:1). Inilah yang diminta oleh Allah.
Banyak orang tidak menyadari akan panggilan Allah yang demikian. Mereka hanya bergerak sesuai apa yang mereka harapkan. Mereka bergerak sesuai apa yang mereka inginkan. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah mengapa mereka tidak sampai pada sebuah pengenalan akan panggilan Allah yang demikian?
Dalam proses pendidikan awal penting sekali untuk menekankan pengenalan diri yang baik. Pengenalan diri yang baik membantu seseorang untuk menemukan tujuan hidup sesungguhnya yakni bersemuka dengan Allah (bdk. Why 22:4-5). Pengenalan diri yang demikian bukanlah monopoli orang-orang yang terpanggil tetapi ditujuan kepada semua orang. Pengenalan diri menjadi sebuah dasar bagi semua orang untuk menjalankan hidup panggilannya. Pada akhirnya pengenalan diri akan membawa orang pada sebuah jalan untuk mengenal Allah.
Tanpa pengenalan diri yang baik orang akan melakukan tindakan yang gegabah. Orang sering tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Ia hanya melakukan apa yang ingin dilakukan. Orang tidak lagi melihat setiap tujuan yang hendak ia capai. Tindakan-tindakan yang demikian tidak akan menghasikan apapun yang berguna bagi masa depannya. Ia hanya berorientasi mencari kesenangan dan kenikmatan pribadi. Inilah yang disebut dengan zona nyaman.
Zona nyaman adalah situasi nyaman yang diciptakan oleh pribadi itu sendiri untuk mencari kepuasan pribadi dimanapun ia berada. Perlu kita tekankan bahwa zona nyaman bukanlah sesuatu yang buruk sama sekali. Semua orang ingin merasa nyaman dan aman dalam hidup mereka. Mereka tidak mau mendapatkan ancaman terus menerus dalam hidupnya. Jikalau kita tidak nyaman dalam hidup panggilan kita bagaimana kita dapat menghidupi panggilan Allah ini. Salah satu tolak ukur orang merasa nyaman dengan panggilan hidupnya adalah wajah yang gembira. Oleh karena itu, zona nyaman adalah hal perlu untuk hidup sehari-hari.
Meskipun demikian, kita sebagai orang yang tepanggil, zona nyaman bukanlah satu-satunya tujuan yang hendak dicapai. Kita perlu mengingat bahwa dalam hidup ini orang juga tidak lepas dari pelbagai masalah. Kita hidup dalam zona yang penuh dengan permasalahan. Masalah itu akan datang silih berganti dan tidak akan ada habisnya. Memang kenyataannya adalah banyak orang tidak menyukai kalau mereka mendapatkan masalah dalam hidup mereka. Mereka hanya menginginkan hidup yang penuh dengan kenyamanan. Padahal hidup juga meminta orang untuk berjuang untuk menghadapi setiap masalah yang ada.
Oleh karena itu, kita tidak heran jika orang selalu mencari pelarian dalam hidup mereka. Pelarian ini ada banyak macam-macam. Dalam hidup komunitas, jika orang tidak cocok dengan saudara-suadaranya yang ada di komunitas, ia akan mencari teman lain di luar komunitasnya. Biasanya orang yang demikian, hanya ramah di luar dan busuk di dalam. Adapula orang yang tidak tahan dengan permasalahan dalam hidupnya, ia menghabiskan waktu hanya untuk tidur, melihat film terus menerus, melakukan mastrubasi, dan internetan terus menerus. Pelarian yang demikian bukanlah pelarian yang positif. Pelarian yang demikian hanya membawa orang pada kehancuran diri sendiri. Permasalahan tidak akan diselesaikan jika hanya berhadapan dengan komputer kita masing-masing. Maka orang perlu melakukan instropeksi diri atau pengenalan diri yang baik sehingga ketika mendapatkan masalah ia tahu harus kemana dan harus berbuat apa.
Instropeksi ini kadang dianggap kegiatan yang membosankan dan memberikan beban dalam hidup. Kita ketahui bersama bahwa ketika kita mulai mengenal diri, kita berjumpa dengan diri kita yang sebenarnya. Terkadang perjumpaan yang demikian membuat diri semakin tidak nyaman dengan diri kita sendiri. Kita menemukan kelemahan dan sekaligus kelebihan kita. Tetapi ini adalah jalan instropeksi diri. Orang mau tidak mau harus masuk dalam dirinya sendiri untuk menemukan tujuan hidupnya.
Nelson Mandela pernah mengatakan demikian, “musuh terbesarku bukanlah mereka yang menahanku dipenjara melainkan diriku sendiri”. Pernyataan demikian ia dapatkan ketika ia masuk dalam dirinya sendiri. Ia menemukan cacat yang ada dalam dirinya yakni egoisme, haus akan kekuasaan, ketakutan dan kurang percaya diri. Meskipun demikian, ia tidak menyerah dengan melihat hal demikian dalam dirinya. Ia berusaha untuk menerima diri sambil menghapus sedikit demi sedikit noda hitam dalam dirinya. Oleh karena itu tidak heran, setelah ia menjalani masa penjaranya, ia melanjutkan impiannya yakni membangun Afrika dengan lebih baik di usia yang sudah tua. Menerima diri apa adanya adalah salah satu buah dari pengenalan diri.
Orang yang menerima diri adalah orang yang yakin dengan dirinya, tahu apa yang akan dan sedang diperbuat dan menyatakan bahwa cacat dalam dirinya adalah rahmat yang besar dalam dirinya. St. Theresia dari Liseux dalam perjalanan rohaninya menemukan bahwa ketika ia jatuh dengan kelemahan dalam dirinya, ia menemukan rahmat yang berlimpah-limpah dalam hidupnya. Kelemahan yang ada dalam dirinya membuat ia semakin bergantung kepada Allah semata. Ia percaya bahwa Allah akan mengangkatnya jika ia jatuh kembali. Pengalaman rohani St. Theresia dari Liseux ini perlu kita simak dalam proses pengenalan diri.
Menerima diri sendiri adalah hal yang penting dalam perjalanan formatio kita. Kita perlu mencintai dan menerima diri kita apa adanya. Menerima diri juga berarti kita membuka diri untuk Allah bekerja dalam diri kita. Kita perlu yakin dan percaya bahwa Allah juga turut bekerja dalam perjalanan formatio kita. Kita hanya diminta untuk terbuka dengan kehendak Allah dan berpasrah kepadanya. Ia sendiri yang akan membantu kita untuk menyembuhkan luka-luka kita dan memperbaikinya.
Pemahaman diri yang baik juga ditempa oleh tantangan-tantangan hidup yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan hidup ini membantu kita untuk mengenal diri dan menegaskan arah hidup kita. Tantangan hidup ini juga menentukan apakah aku ini sungguh-sungguh untuk menjalani hidup panggilan ini atau tidak. Ibarat dalam sebuah pertandingan sepak bola untuk melihat apakah ia mempunyai kualitas yang terbaik atau tidak ia harus berlomba dengan pemain yang lain. Ia harus terjun di dalamnya.
Dalam menghadapi setiap tantangan, kita perlu untuk terbuka dengan penyelenggaraan Ilahi. Kita perlu melihat bahwa Allah juga ikut serta dalam perjuangan kita. Jika kita dapat melihat bahwa tantangan itu bagian dari rencana kasih Allah maka cara pandang kitapun akan diubah olehNya. Penderitaan bukan lagi menjadi beban tetapi sebuah anugerah yang Allah berikan kepadaNya. Cara kita menghadapi penderitaan akan berubah menjadi keutamaan hidup. Sebuah keutamaan yang akan menjadikan kita siap untuk menghadapi segala tantangan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kita akan menyadari hal ini jika kita mau kembali kepada Allah dan merenungkan hidup dengan berrefleksi. Oleh karena itu penting sekali orang untuk berrefleksi atas hidup yang jalani.

BERLUTUT DALAM HENING:
Menarik Diri Agar Dapat Melihat Lebih Jelas

Ketika menjalani masa novisiat, kami diberi kesempatan untuk mengalami masa padang gurun di Tumpang. Padang gurun yang dimaksud bukanlah padang gurun dalam arti yang sebenarnya, yakni hidup ditengah hamparan pasir. Padang gurun yang dimaksudkan ialah situasi hening tanpa percakapan kecuali saat doa dan Ekaristi bersama. Ketika menjalani masa padang gurun ini, kami diajak untuk merefleksikan kembali hidup panggilan kami masing-masing. Kami diminta untuk mengambil keputusan yang baik, apakah saya akan mengikrarkan kaul atau tidak. Masa padang gurun merupakan masa sulit yang pernah saya alami karena harus memikirkan dan merenungkan kembali hidup yang telah saya jalani. Dalam keheningan, saya terus menerus untuk merenungkan kembali hidup saya ini dengan lebih baik. Saya selalu berharap bahwa saya dapat mengambil keputusan yang baik untuk mengikrarkan kaul kebiaraan Karmel nantinya. Sejak itu, saya menyadari bahwa sikap hening sangat penting sekali dalam pembentukan hidup panggilan saya saat ini.
Sikap hening merupakan bagian dari proses refleksi. Hidup yang tidak direfleksikan tidak pantas untuk dihidupi. Pernyataan Filosof Sokrates ini perlu mendapat perhatian kita bersama terkhusus dalam menjalani panggilan. Jika kita tidak merefleksikan hidup, kita akan melewatkan banyak hal dalam hidup ini. Merefleksikan hidup berarti kita mau melihat kembali masa lalu kita, merenungkan kembali setiap pikiran, tindakan, perkataan dan keinginan yang telah kita lakukan. Yesus sendiri juga memberikan teladan bagi kita untuk menarik diri ditengah kesibukan pelayanannya. Kita diminta untuk merenungkan, merefleksikan kembali hidup yang telah dijalani dengan mencari tempat yang hening (bdk. Mat 26:36).
Paus Fransiskus ketika menjadi pendamping seminaris di Buenos Aires, ia selalu menekankan kepada para seminaris untuk mengambil sikap hening dalam kehidupan sehari-hari. Ia sangat disiplin dalam hal ini. Paus Fransiskus berharap sikap hening ini menjadi bagian dalam hidup mereka. Sikap hening ini akan membantu mereka ketika mereka dalam kesendirian.1
Dalam benak kita mungkin sempat berpikir mengambil sikap hening merupakan sikap yang berlawanan dengan sikap dunia ini. Seringkali kita memilih untuk hidup dalam keramaian daripada mengambil sikap hening. Kadang kala kita berpikir bahwa mengambil sikap hening hanya akan membuang waktu-waktu saja. Lebih baik aku melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan sesuatu yang berguna. Pola pikir yang demikian inilah yang diminta oleh dunia saat ini. Mereka selalu memprioritaskan pekerjaan mereka. Bagi mereka waktu adalah uang.
Belajar memprioritaskan sesuatu dalam hidup ini sangatlah penting. Bagi orang yang baru belajar untuk memprioitaskan sesuatu, menentukan prioritas sangatlah sulit untuk dilakukan. Meskipun demikian, kita perlu belajar banyak untuk bisa menentukan prioritas yang baik dalam hidup ini.

Rm. Hariawan, O.Carm adalah wakil profinsial Ordo Karmel Provinsi Indonesia saat ini. Ketika mengikuti acara Vacare Deo di berbagai tempat, beliau selalu didapati sedang sibuk. Mulai dari mempersiapkan acara, menyiapkan makanan, mencari dana dan lain sebagainya. Saya terkesan dengan beliau karena ia melakukannya dengan senang gembira. Seolah-olah, beliau tidak terbeban dengan pekerjaan yang ia pikul tersebut. Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada beliau,”Romo, semangat sekali, sampai lembur-lembur begini?”. “Ya, ialah karena Tuhan telah baik kepada kita” sahutnya. Kegembiraanpun tersirat dalam wajahnya. Sayapun tersentuh dengan pernyataan beliau. Lalu saya teringat dengan sebuah pernyataan bahwa kita mencintai bukan semata-mata berasal dari diri kita. Kita berbuat baik karena Allah Bapa telah memperlakukan kita dengan baik pula. Pernyataan itu menjadi refleksi bagi saya, mengapa saya merasa terbebani ketika saya mendapatkan banyak pekerjaan dan persoalan yang harus saya selesaikan? Lalu dalam refleksi tersebut, saya menemukan bahwa penting sekali orang mempunyai tujuan dan bisa memprioritaskan sesuatu hal dengan baik.
Memprioritaskan sesuatu juga mengandaikan mempunyai tujuan yang jelas. Prioritas tidak bisa dilepaskan dari tujuan hidup yang sedang kita jalanai. Kita akan kesulitan jika kita tidak menentukan tujuan dalam hidup kita. Tujuan itu akan membawa kita pada tindakan, pikiran, dan harapan yang akan kita lakukan. Salah satu ciri orang yang tidak mempunyai tujuan ialah ia tidak tahu harus berbuat apa dalam hidupnya. Ia melakukan apa yang ia inginkan. Ia tidak bisa menata hidup sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kita adalah orang-orang yang terpanggil untuk mengikuti Yesus Kristus. Sebagai orang-orang yang mengikuti Yesus, kita perlu mengarahkan pandangan kepadaNya. Kita mencoba melangkah bersamaNya, tinggal bersamaNya dan hidup sepertiNya. Kita berusaha menjadikan hidup Yesus menjadi hidup kita. Kita belajar untuk berpikir, bertindak dan seperasaan dengan Yesus. Inilah gambaran ideal sebagai orang-orang yang mengikuti Yesus. Dengan demikian, inilah prioritas yang harus ada dalam benak orang-orang yang terpanggil.
Mengikuti Yesus merupakan prioritas utama, yang menggerakkan setiap tindakan dan pikiran kita. Oleh karena itu, penting sekali hal ini perlu ditekankan dalam masa formatio. Dengan tujuan yang jelas yakni mengikuti Yesus, kita dapat menentukan mana yang penting dan tidak penting untuk sampai pada tujuan tersebut.
Sedikit pengalaman dari saya. Selama masa formatio, saya mencoba membiasakan diri untuk membuat sebuah daftar. Daftar itu berupa kumpulan tugas maupun rencana kegiatan yang akan saya lakukan baik satu hari maupun untuk jangka panjang. Pada awalnya, saya mengalami kesulitan untuk melakukan hal ini. Salah satu tantangan yang harus saya hadapi adalah kesenangan. Saya selalu tergoda untuk melakukan kesenangan daripada konsisten dengan apa yang saya rencanakan. Tetapi lambat laun, saya mulai terbiasa dengan kegiatan seperti ini. Membuat daftar atau perencanaan ini membantu saya dalam banyak hal. Mulai dari memprioritaskan sesuatu; menentukan mana yang penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, tidak penting dan tidak mendesak; tidak menunda-nunda pekerjaan; menata waktu dengan baik; pola pikir yang terstruktur sampai sebuah penentuan ini adalah kegiatan yang saya perlukan untuk mengikuti Yesus. Sekiranya hal ini juga menjadi bagian dari hidup kita.

MENYIAPKAN MASA DEPAN:
Menata Diri Demi Hidup Panggilan

Saat ini, kita perlu menyadari bahwa panggilan kita ini begitu berharga. Di tengah kehidupan modern ini, banyak sekali problematika yang akan kita hadapi. Kitapun sebagai orang yang terpanggil juga tidak bisa lepas dari problematika ini. Problematika ini akan menuntut banyak hal kepada kita sehingga mau tidak mau kita harus menghadapi itu semua. Oleh karena itu, penting sekali saat ini, terkhusus dalam masa formatio kita menyiapkan diri dengan baik, menata diri dengan baik sehingga kita mampu menanggapi zaman yang terus berubah.
Setelah merefleksikan sedikit menganai pengenalan diri, menentukan tujuan, dan memprioritaskan sesuatu, kita mencoba melihat pentingnya menata hidup dalam menapaki hidup panggilan.
Pengenalan diri, menentukan tujuan hidup dan memprioritaskan sesuatu merupakan dasar yang harus kita miliki sebagai langkah awal untuk menata diri dengan lebih baik. Menata diri memiliki banyak aspek yang disentuh. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan antara lain hidup sosial, emosional2 dan hidup rohani.
Secara umum, kita mengerti menganai menata diri ialah soal menaati peraturan. Pemahaman ini tidaklah salah sebab dengan menaati peraturan, kita tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain dan diri sendiri. Tetapi perlu diperhatiakan bahwa menata diri tidak hanya berbicara mengenai menaati peraturan.
Menaati peraturan merupakan aspek menata diri dalam hidup sosial. Kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri. Kita mau tidak mau harus berelasi dengan orang lain. Sebagai pribadi, kita juga mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan diri atau mengaktualkan dirinya di tengah masyarakat. Meskipun kita mempunyai kebebasan untuk mengaktualkan diri, kita juga perlu mengingat bahwa orang lainpun juga mempunyai kebebasan yang serupa. Jika kita dengan ego yang besar mempertahankan kebebasan kita sendiri tanpa memperhatikan kebebasan orang lain maka akan terjadi kerusuhan. Oleh karena itu, orang memperlukan aturan agar orang mampu bertanggung jawab dengan kebebasan yang ia lakuan. Aturan ini hadir demi kebaikan bersama.
Dalam menaati peraturan, kita perlu menyadari bahwa aturan itu bersifat dinamis. Sifat dinamis ini diperlukan dalam menjalani aturan. Artinya ketika kita menjalani aturan, aturan itu bukan untuk membelenggu kita. Pada dasarnya aturan itu membebaskan. Membebaskan dalam arti bahwa kita dijauhkan dari kecenderungan-kecenderungan yang menjauhkan kita dari tujuan kita semula yakni mengikuti Yesus Kristus. Oleh karena itu, aturan tidak boleh di mengerti sebuah penjara tetapi sebuah pagar yang membantu kita untuk sampai pada tujuan kita.
Dalam menjalani aturan, kita perlu juga memaknai setiap aturan yang kita jalani. Aturan itu pada dasarnya baik yakni mambantu kita untuk membatasi kecenderungan-kecenderungan kita untuk melenceng dari tujuan kita semula. Karena aturan itu baik maka aturan tersebut menjadi bagian dari hidup kita. Ketika aturan menjadi bagian dari hidup kita maka kita akan menjalani aturan tersebut tanpa beban dan mengerti, mengapa saya melakukan aturan tersebut. Inilah proses penataan diri yang sering kita jumpai dalam kehidupan berkomunitas.
Selain menata diri hidup sosial, kita juga perlu menata emosi kita. Menurut ilmu psikologi, saat ini kita berada dalam masa pencarian jati diri.3 Sebuah masa, kita mencari jati diri dan tujuan hidup kita. Disamping itu, kita juga digerakkan semangat besar untuk melakukan sesuatu tetapi belum bisa mempertimbangkan sesuatu dengan baik. Ketika kita mendapat sebuah masalah, emosi kita mudah untuk meluap-luap sampai kita sulit untuk mengontrol diri. Sampai pada suatu titik, emosi yang demikian terkadang membawa kita pada sebuah keputusan yang salah. Inilah sebuah problem yang harus kita hadapi.
Kita perlu menyadari bahwa kita berada dalam masa yang demikian. Masa-masa pencarian jati diri ini akan membawa kita pada sebuah karakter-karakter yang ada dalam diri kita. Secara sederhana, masa pencarian jati diri ini, kita mau menjadi orang yang bagaimana. Oleh karena itu, kita perlu menerima proses ini dengan baik saat ini.
Dalam pencarian diri ini, kita juga akan mengalami stress karena banyak persoalan yang tidak bisa kita hadapi. Kita mengalami kebuntuan dan tidak tahu cara menyelesaikan persoalan. Emosi kita mulai sulit terkontrol dan sering menyalahkan orang lain terlebih menyalahkan diri sendiri. Teman sekomunitaspun menjadi bingung dengan sikap teman yang demikian. Memang hal ini perlu mendapatkan perhatian kita bersama bagaimana mengolah emosi dengan baik. Pengelohan emosi yang baik akan membawa kita pada sebuah pemahaman baru mengenai siapa diri kita.
Berpikir posistif adalah sebuah cara yang saya dapatkan ketika rekoleksi dengan Rm. Winur, Pr. Beliau dalam sesi rekoleksi juga menyingung mengenai bagaimana mengelola emosi dengan baik. Salah satu cara yang mudah dan sudah dikenal oleh semua orang ialah dengan berpikir positif.
Kita perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini tidak ada istilah gagal total. Atau sebagai manusia kita juga bukan manusia yang sempurna. Orang cacatpun juga tidak semuanya cacat. Pasti dalam diri seseorang juga ada yang dibanggakan. Pasti dalam diri seseorang juga kebaikan ditengah kejahatan. Setidaknya pembunuh tidak membunuh anaknya sendiri. Tidak ada istilah gagal murni.
Berpikir positif membantu kita untuk melihat sisi positif yang ada dalam diri kita. Ketika melihat sisi positif dalam diri kita, dalam menilai diri, kita juga tidak berat sebelah. Jika orang hanya melihat sisi negatifnya saja, saya yakin seratus persen hidupnya tidak akan bahagia. Tetapi ketika seseorang melihat dirinya dengan sisi positif dan negatif secara berimbang maka ia akan memahami dirinya dengan labih baik. Jika seseorang mempunyai kelebihan atau kebaikan dalam dirinya, maka patut untuk dikembangkan. Jika seseorang mempunyai kelemahan atau keburukan, maka seseorang tersebut perlu menerima kelemahan itu sebagai bagian dalam diri kita. Dengan kelemahan itu kita juga perlu melihat rahmat di dalamnya. Kelemahan tersebut mendorong kita untuk meminta tolong kepada orang yang mampu membantu kita untuk mengatasi kelemahan ini. Maka terciptalah, sikap rendah hati. Sikap rendah hati tidak datang dari kelebihan tetapi penerimaan diri dari kelemahan yang ada dalam diri kita. Sikap rendah hati berangkat dari sebuah penerimaan diri bahwa saya mempunyai kelebihan dan kelemahan yang ada dalam diri kita. Melalui proses ini, berpikir positif akan membantu kita untuk menata diri dengan baik dengan melihat kelemahan dan kelebihan kita secara berimbang.
Penataan diri yang terakhir adalah penataan diri dalam bidang rohani. Penataan diri ini penting sekali bagi orang yang menjalani hidup sebagai seorang religius. Kita tidak bisa membiarkan hidup rohani kita begitu saja dan lebih mengedepankan kemampuan diri. Dalam menata diri baik fisik maupun rohani itu perlu seimbang. Jika tidak mengalami keseimbangan maka akan terjadi tetimpangan dalam hidupnya.
Penataan diri dalam hidup rohani lebih dikenal dengan displin rohani atau olah rohani. Dalam tradisi Karmel, kami membiasakan diri untuk bermeditasi setiap pagi dan sore selama setengah jam. Meditasi ini merupakan olah rohani yang cukup di kenal dan banyak orang yang sudah melakukannya. Meditasi dilakukan untuk mengolah diri dengan baik terkhusus dalam pengenalan diri pada tahap awal. Buah pengenalan diri pada awal proses meditasi sangat diperlukan. Buah dari pengenalan diri yang baik adalah kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang menjadi kunci dalam perkembangan hidup rohani seseorang.
Selain bermeditasi, Lectio Divina juga merupakan bentuk dari olah rohani. Melalui Lectio Divina, kita semakin menyadari kehendak Allah dalam hidup kita. Kehendak Allah inilah yang akan membantu kita untuk menetukan arah hidup yang harus kita pilih. Sabda Allah akan membimbing kita untuk mengenal Allah dan mengenal diri dengan lebih baik. Oleh karena itu, kita perlu menggiatkan diri untuk bermeditasi dan Lectio Divina sebagai bentuk dari penataan diri demi menyiapkan masa depan yang baik.



PENUTUP
Let’s Do It

Refleksi ini akan saya tutup dengan sebuah pernyataan dari seorang mantan Yesuit yang bernama Chris Lowney;

Kadang kita hanya perlu untuk memulai dan mulai melihat permasalahan dengan berada ditengah-tengah mereka dan jalan pemecahan akan muncul ketika kita mulai mengambil inisiatif. Inisiatif ini lalu memunculkan tindakan selanjutnya. Langkah-langkah awal kita akan menunjukkan apakah kita sudah melakukan tindakan yang benar atau belum”4

Marilah kita mulai menata diri dengan lebih baik dengan menyertakan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Memberkati. Berkah Dalem.

Oleh: Fr. Yosep Septiawan, O.Carm





Sumber Bacaan
Adji, Hariawan (terj). Inilah Jalan Menuju Kekudusan dan Kebaikan: Sebuah Paduan RIVC Pedoman Pembinaan Hidup Karmelit. Malang: Karmelindo. 2016.
Kusbiantoro, Paulus Teguh. Psikologi Hidup Rohani. Malang: Biara Santo Samsone. 2015.
Lowney, Chris. Paus Fransiskus, Sang Pemimpin. Yogyakarta: Kanisius. 2016.
Saputra, Ignatius Wardi. Ongoing Formation, Pergulatan Menjadi Seperti Yesus. Yogyakarta: Obor. 2016.







1 Lowney, Chris. Paus Fransiskus, Sang Pemimpin. Yogyakarta: Kanisius. 2016. hlm. 119

2 Saputra, Ignatius Wardi. Ongoing Formation, Pergulatan Menjadi Seperti Yesus. Yogyakarta: Obor. 2016. hlm. 75- 89.
3 Kusbiantoro, Paulus Teguh. Psikologi Hidup Rohani. Malang: Biara Santo Samsone. 2015. hlm. 74


4 Lowney, Chris. Paus Fransiskus, Sang Pemimpin. Yogyakarta: Kanisius. 2016. hlm. 107-108

Komentar

  1. Choo Casino site review 2021 - ChoEgoCasino
    Choo Casino is not one 메리트카지노 of the most popular and 제왕 카지노 exciting casinos in the world. It's the newest casino from the famous Las Vegas 카지노사이트 gambling market,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Etika dalam Hidup Komunitas”