Pendidikan Kaum Muda dalam Terang Evangelii Gaudium


Latar Belakang

Dalam era modern ini, dunia menawarkan banyak kenikmatan kepada manusia. Tawaran itu berupa kesenangan hidup yang tidak ada habisnya. Tidak sedikit orang terjerumus didalamnya sehingga arah dan tujuan hidup merekapun menjadi kabur. Orientasi hidup mereka hanya mencari kesenangan, kenikmatan hidup dan tidak mencari apa yang mereka butuhkan di masa depan. Teknologi adalah salah satu tawaran yang tidak bisa ditolak oleh kebanyakan orang.
Seiring perjalanan waktu, teknologi berkembang cepat dan hal itu mempengaruhi banyak sisi dalam kehidupan mulai dari sosial budaya, pendidikan, dan hal rohani. Jika orang tidak mengikuti perkembangan zaman ini, orang akan disebut ketinggalan zaman. Orang akan ditinggalkan ditengah persiangan yang terus menerus meminta manusia untuk selalu mengikutinya. Pengaruh-pengaruh ini akan merongrong kehidupan kaum muda yang hidup pada zaman modern ini.
Internet adalah produk teknologi modern ini. Ia menawarkan banyak hal kepada manusia baik positif maupun negatif. Dampak positif dari internet antara lain membantu manusia untuk melihat dunia dengan lebih menyeluruh. Manusia dapat berkomunikasi dengan lebih mudah melalui kehadiran internet ini. Apalagi dengan perkembangan smartphone, orang dimudahkan untuk menggunakan sarana ini. Mulai dari anak-anak sampai orang tuapun, mulai dari frater sampai para imam juga menggunakan sarana ini. Karena kemudahan yang ditawarkan itu, orang tidak mau melepaskan smartphone ditangan mereka. Smartphone seolah menjadi bagian hidup dari manusia itu sendiri seperti halnya makanan sebagai kebutuhan pokok.
Selain itu, perkembangan teknologi yang semakin pesat ini mempengaruhi kehidupan manusia sendiri; mulai dari pola pikir, kebiasaan, pergaulan, dan terkhusus hidup rohani. Manusia mempunyai pola berpikir seperti halnya teknologi. Teknologi menuntut manusia untuk bekerja lebih cepat dan pasti. Semua hal perlu mendapatkan kalkulasi yang baik sehingga menampilkan sebuah keuntungan. Manusia sampai dianggap bukan lagi seorang manusia tetapi sebuah alat untuk memproduksi sesuatu. Disisi lain, kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi ini juga menumbuhkan sikap instan bagi semua kalangan. Orang tidak lagi melihat arti proses dalam hidup mereka.
Dalam dunia pendidikan, internet mempermudah para pelajar untuk memperoleh pengetahuan. Para pelajar tinggal duduk manis dengan laptop ditangannya atau komputer didepannya untuk mengakses pengetahuan yang diperlukan. Meskipun demikian, hal ini membuat para pelajar menjadi ketergantungan untuk selalu menggunakan internet. Kebiasaan untuk membaca buku mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, kita tidak heran jika virus copy paste dari internet menjangkit pola pikir para pelajar saat ini.
Selain virus copy paste, saat ini juga marak dengan game online. Game online menjadi sebuah tren anak muda saat ini. Dalam sebuah surat kabar Jawa Pos Radar Malang, Senin, 6 Februari 2017 mengabarkan anak-anak muda kota Malang bermalam di warnet (warung internet) sampai pihak warnet meraup keuntungan sebesar Rp. 20 Juta rupiah. Hal ini menjadi ironi tersendiri bagi anak muda sekarang dengan kecanduan game online. Mereka menghabiskan hidup mereka hanya didepan komputer. Teman bermain mereka hanya CPU, monitor, mouse, keyboard, dan headset. Pergaulan mereka begitu sempit sehingga mereka sering disebut orang kuper (kurang pergaulan).
Pengaruh perkembangan teknologi tersebut juga merambah dalam kehidupan kaum religius. Kaum religius juga ikut ambil bagian untuk mengikuti perkembangan teknologi ini. Salah satu dari seribu alasan adalah untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui teknologi yang berkembang saat ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga hanyut dalam kenikmatan dan kenyamanan yang ditawarkan dalam teknologi itu sendiri. Akhibat yang ditimbulkan ialah mulainya sibuk sendiri dengan smartphone ditangannya, lebih banyak menghabiskan waktu didepan komputer daripada melakukan kunjungan umat, ketika internet mati seolah jiwanya ada yang hilang dan orang mulai kehilangan arah hidup yang seharusnya diperjuangkan.

Pendidikan Iman dan Kaum Muda
Iman adalah rahmat yang diberikan Allah kepada manusia (KGK 153). Sebuah rahmat untuk menjawab panggilan kasih Allah. Inilah iman yang menggerakkan hati manusia untuk kembali kepada Allah sebab karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6). Dengan demikian, iman mempunyai peran dalam perjalanan hidup manusia.
Iman yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia ini tidak dengan sendirinya akan bertumbuh.Ketika manusia dengan bebas menerima iman dari Allah, manusia dengan sendirinya mempunyai tanggung jawab dengan imannya. Manusia mempunyai tanggung jawab untuk membina imannya. Ibarat sebuah benih, manusia perlu menyiapkan lahan yang baik agar benih tersebut dapat tumbuh dengan subur. Dalam perumpamaan petani yang menabur benih, Yesus menjelaskan lahan mana yang baik agar benih itu dapat tumbuh dengan baik; ada yang ditanam di pinggir jalan, ada yang di antara batu-batu, ada yang di antara semak duri dan di tanah yang baik (bdk. Mat 13 : 1-23). Oleh karena itu, manusia perlu mengolah lahan imannya dengan baik.
Perbedaan lahan yang diterangkan oleh Yesus merupakan gambaran keadaan hidup seseorang dalam menghidupi imannya.Jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 7:12). Perbuatan atau tanggapan manusia akan iman itu sungguh mempengaruhi iman dan lahan yang diolah. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain dan tidak terpisahkan. Yesus juga menandaskan demikian, yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan (Luk 11:42). Meskipun demikian, bukan berarti peran Allah diabaikan, Allah tetap berperan dalam kasihNya. Tentunya, iman akan Allah bertumbuh dalam relasinya dengan Allah.
Selain peranan Allah dalam pertumbuhan iman, peranan manusia juga sangat menentukan. Peranan manusia sangat dibutuhkan karena manusialah yang menghidupi imannya. Manusialah yang menanggapi panggilan kasih ini. Manusia yang harus tahu lahan mana yang perlu diolah dalam hidupnya dengan melihat keadaan dunia dimana ia hidup.Sebuah dunia yang menawarkan begitu banyak kesenangan dan kenikmatan. Dunia yang dipenuhi dengan konsumerisme yang membawa manusia pada sebuah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri...dan membuat hati nurani manusia tumpul. Kehidupan batin yang demikian membuat kita terbelenggu dengan kepentingan dan keutuhan diri kita sendiri dan tidak ada ruang untuk sesama dalam hidup kita. Suara Allah tidak lagi terdengar di telinga mereka (Evangelii Gaudium, 2). Inilah keadaan lahan yang harus di hadapi oleh manusia.
Lahan pertama yang perlu diolah ialah lahan yang ada dalam diri manusia. Kita perlu mengolah lahan kita masing-masing dengan baik. Manusia perlu mengolah dan membina diri agar kita mempunyai garam dalam diri kita masing-masing (Mrk 9:50). Pentingnya pengolahan iman ini perlu ditekankan dan ditanamkan sejak dini terkhusus dalam diri kaum muda yang masih dalam proses pembentukan diriterkhususpencarian jati diri dan tujuan hidup.
Kehidupan yang diwarnai dengan perkembangan teknologi ini juga membentuk iman kaum muda saat ini. Kaum muda saat ini mahir dengan teknologi informasi seperti facebook, instagram, twitter, SMS, WA, dan berbagai aplikasi komputer. Hal-hal ini tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. Perkembangan teknologi yang demikian memberikan ciri tersendiri bagi kaum muda saat ini.
Ciri-ciri kaum muda saat ini ialah mereka bebas berkomunikasi dengan siapapun dan level apapun melalui jaringan. Mereka bebas mengungkapkan perasaan dan apapun yang dipikirkan secara spontan, tanpa ketakutan; Mereka cenderung toleran dengan perbedaan budaya dan sangat peduli dengan lingkungan; Mereka bercirikan multitasking, dapat melakukan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Maka mereka ingin serba cepat dan langsung, tidak berputar-putar. Mereka cenderung ingin serba instan, tidak sabar, dan kurang menghargai proses.Mereka cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis (bdk. Akhmad Sudrajat, 2012). Inilah ciri kaum muda yang hidup dalam perkembangan teknologi.
Ciri kaum muda yang demikian menunjukkan lahan kaum muda sendiri. Sebuahlahan yang mempengaruhi pertumbuhan imannya. Dengan mengetahui keadaan kaum muda yang demikian, kita mengetahui pula persoalan yang dihadapi kaum muda saat ini dalam proses perkembangan imannya. Dalam hal ini, katekese mempunyai peran penting dalam mencari kemungkinan agar jawaban manusia terhadap tawaran Allah dapat terjawab dengan semestinya (Marianus Telaumbanua, 1999, hlm. 9).

Sukacita Injili Bagi Kaum Muda
Pada tanggal 24 November 2013, Paus Fransiskus mengeluarkan surat apostolik yang berjudul Evangelii Gaudium, Sukacita Injil. Evangelii Gaudiumdikeluarkan untuk mengungkapkan keprihatinannya tentang karya evangelisasi Gereja dan menyampaikan beberapa pedoman yang dapat mendorong dan membimbing Gereja dalam suatu tahap baru evangelisasi (Merry Teresa Sri Rejeki, 2015, hlm. 436). Paus Fransiskus mengajak semua orang untuk melihat, merefleksikan dan terlibat dalam tugas pewartaan Injil.
Dalam surat apostolik tersebut, Paus Fransiskus mengawali suratnya demikian,” Sukacita injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima tawaran penyelamatanNya dibebaskan dari dosa, penderitaan, kehampaan batin dan kesepian. Bersama Kristus sukacita senantiasa dilahirkan baru.....seraya menunjukkan jalan-jalan baru bagi perjalanan Gereja di tahun-tahun mendatang (EG, 1).
Setelah melihat situsasi dunia dan kehidupan kaum muda saat ini, sukacita injil kiranya sudah kianmeredup. Kaum muda tidak lagi mempunyai perhatian lagi terhadap hal-hal rohani.Mereka lebih banyak menikmati “kehidupan kaum muda”.Kehidupan rohani tidak lagi menyentuh pribadi kaum muda sendiri karena disibukkan dengan doktrin-doktrin yang kaku. Seolah kehidupan rohani berada diluar hidupnya meskipun ia mempunyai “agama”. Disisi lain,sekularisasi yang kian merebak juga mempengaruhi cara pandangan kaum muda dalam melihat injil yang seharus menjadi bagian dalam hidup beriman. Dengan demikian, kiranya menjadi tugas kita bersama bagaimana sukacita injil ini tidak lagi redup dalam kehidupan kaum beriman terkhusus pendidikan iman kaum muda.
Pendidikan iman kaum muda merupakan bentuk katekese yang membantu kaum muda dalam menanggapi panggilan kasihNya itu terkhusus pendidikan iman dalam era teknologi yang kian merebak. Dalam proses pembinaan itu kita perlu melihat keadaan sekitar yang mempengarui perkembangan dan pertumbuhan kaum muda dalam menghidupi imannya. Hal ini merupakan hal penting dan cukup membantu dalam proses pendampingan.
Sukacita injili yang diserukan oleh Paus Fransiskus kiranya mau menekankan juga  akan peran sentral injil dalam proses pembinaan iman kaum muda. Injil yang memberikan sukacita ini harus menjiwai dan mewarnai setiap proses pembinaan. Jika kita kembali melihat pertobatan yang dialami oleh Zakheus, kita akan melihat bagaimana Yesus membina Zakheus dengan sukacita Injili ini.
Ketika mendengar Yesus masuk di kota Yerikho, Zakheus dengan semangat ingin menjumpai Yesus. Kedatangan Zakheus ini disambut dengan sukacita oleh Yesus. Yesus mengatakan,”"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”(Luk 19:9-10). Mungkin hal ini menjadi pembelajaran bagi kita bersama dalam menempatkan orang dalam pembinaan iman. Yesus tidak melihat Zakheus dengan pandangan negatif. Yesus melihat Zakheus sebagai anak Abraham yang ingin kembali kembali kepada Allah.Dalam proses pembinaan, Yesus memberikan nilai 10 pada setiap muridNya. Yesus sangat menghargai orang yang datang kepadaNya.Sekiranya sikap yang dimiliki olah Zakheus perlu juga ditanamkan pada kaum muda saat ini yaknisikap menerima Yesus dengan sukacita. Unsur sukacita akan injil inilah yang menjadi unsur pertama akan ketertarikan akan injil. Sukacita injil ini akan muncul jika orang mengalami sendiri sukacita injil itu. Dengan demikian, sukacita injil itu tidak sebatas teori rohani melainkan sudah menjadi hidup itu sendiri.
Kaum muda yang hidup dalam era teknologi ini mempunyai persoalan tersendiri dalam membina iman. Di satu sisi mungkin teknologi memudahkan seorang pewarta dalam menyampaikan sabda Allah melalui artikel, refleksi, lagu-lagu rohani, video-video rahani dan lain sebagainya, tetapi dengan model pewartaan dan pembinaan yang demikian tidak bisa memberikan pendidikan secara menyeluruh. Perjumpaan langsung dengan apa yang diimani tidak terjadi secara menyeluruh.
Hal ini berangkat dari sebuah realita bahwa setiap kaum muda berkumpul entah dimanapun mereka berada,handphone tidak bisa dilepaskan ditangan mereka meskipun ada sebuah pembicaraan yang serius dalam sebuah kelompok. Hal lain lagi misalnya dalam proses pembinaan iman di sekolah, handphonepun tidak bisa dilepaskan dari mereka. Mereka menganggap remeh pendidikan iman yang diberikan oleh para pendidik. Kebanyakan dari mereka lebih tertarik pada pelajaran IPA, matematika, TIK daripada pelajaran agama. Kaum muda yang berjubahpun juga melakukan hal yang sama. Penghargaan dan kedekatan terhadap sesama semakin kurang. Dengan demikian kita perlu adanya sebuah cara baru dalam mendidikan kaum muda untuk bisa menghidupi imannya dengan baik.
Dalam Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus memberikan tolak ukur dan sikap baru terkait dengan pembinaan iman baik bagi kaum muda maupun kepada semua orang. Kita perlu menanamkan dalam hati mereka demikian, “Yesus mencintaimu; ia menyerahkan hidupNya untuk menyelamatkanmu; dan sekarang tinggal disampingmu setiap hari untuk menerangi, menguatkan dan membebaskanmu” (EG, 164). Sekiranya hal ini menjadi tolak ukur bahwa mereka sudah menerima pesan injil dengan baik. Oleh karena itu, sikap pewarta, yang baik, yang membantu kaum muda untuk menerima pesan injil ialah keramahtamahan, kesiapan untuk dialog, kesabaran, penerimaan orang dengan hangat tanpa menghakimi (EG, 165) serta menunjukan keindahan untuk hidup dengan sabda (EG, 167).

Katekese Kaum Muda
Dalam kehidupan menggereja, katekese mempunyai tugas dan peranan untuk memberitakan sabda Allah dan mewartakan Kristus. Hal itu meliputi pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman. Dalam proses pembinaan itu, seorang pembina perlu melihat orang yang dibina dengan cara menyeluruh, yang melingkupinya dalam proses pembentukan iman yang ada dalam dirinya. Hal ini meliputi diri personal, lingkungan keluarga dan masyarakat dimana ia tinggal. Semua hal ini memberikan pengaruh tersendiri dalam pembentukan iman kaum muda saat ini di samping adanya perkembangan teknologi yang sudah mempengaruhi orang muda dan memberikan ciri tersendiri bagi kaum muda saat ini yang telah kami jelaskan diatas.
Mel Siberman dalam bukunya Active Learning (1998) mungkin memberikan inspirasi bagi pendidikan iman saat ini.(Paul Suparno, 2016)
Ketika saya dengar, saya lupa;
Ketika saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit;
Ketika saya dengar, lihat dan tanya atau bahas dengan orang lain, saya mulai mengerti;
Ketika saya dengar, lihat, bahas dan lakukan, saya mendapat pengetahuan dan keterampilan’
Ketika saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Melalui inspirasi Mel Siberman ini, kita dapat melihat bahwa peran siswa sangat ditekankan. Pembelajaran yang ditawarkan ini menekankan peran orang yang dibina daripada pembina. Kiranya hal ini terbukti, ketika pembina mengambil peran sentral dalam proses pembinaan, orang yang dibinapun menjadi pasif dan keaktifan orang yang dibinapun berkurang. Mungkin dalam pelajaran doktrinal hal ini memungkinkan namun juga tidak selalu begitu. Tetapi hal ini tidak bisa diterapkan secara menyeluruh kepada semua orang yang dibina.
Dalam proses pembinaan, kiranya kita perlu melihat hal-hal ini. Pertama, ciri-ciri kaum muda saat ini. Mengenai hal ini sudah disinggung diatas. Kedua, umur dan tingkat kedewasaan. Hal ini sangat penting sekali sebab pendidikan iman kaum muda tingkat SMA berbeda dengan tingkat mahasiswa. Ketiga, sifat dan karakter. Hal ini berpengaruh dalam penyampaian pesan kepada orang yang dibina misalnya bagaimana menyampaikan pesan kepada orang yang tertutup ataupun kepada orang yang terbuka. Keempat, minat peserta didik. Seorang pembina mungkin dapat memulai katekese dengan menarik minat mereka terlebih dahulu.(Paul Suparno, 2016)
Ada beberapa hal penting dari ilmu pendidikan yang dapat membantu kita berkatekese lebih tepat dan mengena sesuai dengan situasi zaman sekarang (Paul Suparno, 2016) :
1.      Pendidikan yang berpusat pada siswa
Pembinaan iman saat ini perlu mengganti pusat perhatian dari pembina ke siswa didik. Hal ini memacu siswa untuk menggali pengetahuan sendiri. Pembina menjadi fasilitator saja. Siswa diminta untuk menggali, mencerna, dan merumuskan sendiri. Disini juga perlu digariskan kembali bahwa katekese bukan hanya mengajarkan ajaran, tetapi membantu peserta menghidupi nilai Kristus; maka peserta diajak untuk bertindak atas nilai kristus.Misalnya saling memberikan hadiah sebagai bentuk kasih akan sesama.
2.      Metode pembinaan
Metode pembinaan perlu bervariasi dan mengajak siswa untuk aktif dalam pendalaman iman. Variasi ini perlu supaya siswa dapat lebih menangkap, gembira, tidak bosan. Dalam hal ini, kita juga perlu mempertimbangkan tingkat kecerdasan setiap siswa juga. Selain itu, kita juga perlu mengingat sifat anak-anak zaman sekarang ini sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk menangani hal ini misalnya dengan pembelajaran online. Dengan demikian,pembina dituntut menguasai berbagai cara mengajar.
3.      Pendekatan lewat praktek-perbuatan
Berdasarkan pengalaman, banyak siswa cepat bosan ketika mendengarkan pelajaran agama. Tetapi ketika diminta untuk mengerjakan tugas, mereka mengerjakan tugas dengan baik. Lalu dapat disimpulkan bahwa dalam hal teori mereka mudah untuk mendapatkannya tetapi dapat praktek mereka kurang. Maka ada beberapa model dapat dikembangkan seperti:
a)      Kegiatanlive in, dimana siswa mengalami hidup sesuai dengan nilai yang mau diajarkan. Misalnya mau mengajarkan kepedulian pada orang kecil seperti Yesus, mereka dimintalive in di desa. Dengan demikian, siswa dapat mengalami sendiri dan mempraktekkan langsung ajaran kristiani.
b)      Outbound. Anak zaman sekarang lebih suka belajar diluar ruangan misalnya dengan Outbound. Bentuk Outbound ini juga salah satu cara bagaimana mengaplikasikan ajaran Yesus.
c)      Siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya terkait dengan ajaran yang disampaikan saat pembinaan iman.
d)     Siswa diberi pelajaran iman dengan melihat gambar, video, dan film rohani untuk merangsang pertumbuhan iman di era teknologi yang kian merebak.
e)      Dalam mengikuti kegiatan Gereja, siswa diberikan penjelasan sebelumnya terkait kegiatan tersebut supaya siswa dapat mengerti dengan baik kegiatan Gereja itu. Setelah kegiatan gereja, siswa diminta untuk membuat refleksi agar makna dari kegiatan itu tidak kabur.
4.      Analisis Masalah
Pendekatan ini dapat digunakan dalam pelajaran katekese atau pelajaran agama. Secara umum pendekatan ini dapat kita gunakan sebagai salah satu pendekatan pembinaan iman karena pendekatan ini menjadikan siswa aktif dalam mempelajari bahan agama. Siswa diajak untuk mengamati: siswa diajak mengamati suatu gejala, Kejadian;Merumuskan masalah yang ada dari peristiwa itu;Mengajukan hipotesis: mengapa hal itu terjadi? Mengumpulkan data; Menganalisis data; Menarik kesimpulan; Mengkomunikasikan. Model pendekatan ini dapat membantu siswa berpikir kritis, rasional, menemukan sendiri dan menganalisanya. Pendekatan ini membantu siswa menjadi lebih berpikir berdasarkan data dan realistik.
5.      Hubungan pembina dan siswa (dialogis)
Salah satu hal penting dalam pendidikan adalah relasi pembina dan siswa. Hubungan pembina dan siswa harus dialogis saling membantu dan menguatkan. Pembina perlu dekat dengan siswa yang diajarkan sehingga siswa senang dan dapat dengan mudah menangkap bahan. Demikian juga dalam berkatekese, relasi dekat antara pembina dan siswa sangat penting.Disinilah salah satu unsur profesionalitas pembina agama/katekis dari sisi kompetensi sosial.
6.      Keteladanan
Oleh karena pendidikan iman ini penuh dengan nilai kehidupan, maka unsur keteladanan dari pembina menjadi sangat penting. Siswa kadang melakukan protes jika apa yang diajarkan kontradisi dengan perilaku pembina. Maka saat pembinamengajarkan nilai kasih Yesus, jelas membutuhkan keteladanan kasih dari pembina, sehingga siswa dapat menirunya. Lalu saat pembinamenjelaskan pengampunan, kiranya hanya akan berjalan baik bila siswa dapat melihat pembinanya dapat mudah mengampuni mereka kalau salah. Meskipun demikian, bukan berarti harus meninggalkan ketegasan. Ketegasan juga perlu untuk mendidik iman maum muda.

Kesimpulan
Salah satu sifat yang harus dimiliki dalam katekese adalah dinamis. Hal ini memudahkan bagi katekis untuk siap sedia dalam setiap perubahan yang terjadi. Dengan demikian, sifat ini memberikan konsekuansi bagi para katekis untuk mempunyai kompetensi dalam berkatekese.
Seorang katekis hendaknya berkopetensi dalam berkatekese meliputi berbagai aspek yakni dalam bidang pendidikan, psikologi, teologi, budaya dan bagaimana mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya hal ini menjadi sorotan bagi pembina saat ini sehingga pendidikan iman bagi kaum muda sungguh dikerjakan dengan baik melihat dampak perkembangan zaman yang juga mempengarui pertumbuhan iman juga. Kaum muda merupakan masa depan Gereja yang harus dijaga maka mutu iman kaum muda menjadi tolak ukur mau dibawa kemana Gereja ini. Kiranya hal ini menjadi perhatian dari semua pihak dalam Gereja.

DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 2014
Dokumen Konsili Vatikan II, terj. R. Hardawiryana, S.J. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI - Obor, 2013.
Fransiskus. Evangelii Gaudium (Sukacita Injil), terj. F.X Adisusanto dan Bernadeta Harini Tri Prasasti. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2015.
Katekismus Gereja Katolik, terj. P.Herman Embuiru. Flores: Nusa Indah, 2014.
Rejeki, Merry Teresa Sri, “Mengenal Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium dan Bula Misericordiae Vultus”,dalam Raymundus Sidhiarsa, dkk (Ed.). Menjadi Gereja Indonesia yang Gembira dan Berbelaskasih Dulu, Kini dan Esok.Seri Filsafat Teologi Widya Sasana Vol. 25 No. Seri 24; STFT Widya Sasana, 2015.
Telaumbannua, Marinus. Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. 1999.

SUMBER INTERNET
Suparno, Paulus. 2016. Sumbangan Ilmu Psikologi dan Pendidikan Pada Ilmu Kateketik. (http://komkat-kwi.org/prof-dr-paulus-suparno-sj-mst-sumbangan-ilmu-psikologi-dan-pendidikan-pada-ilmu-kateketikdiakeses pada tanggal 20 Maret 2017)

Sudrajat, Akhmad. 2012. Generasi Z dan Implikasinya terhadap Pendidikan. Dalam (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/5/generasi-z-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/ diakses pada tanggal 20 Maret 2017) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENATA DIRI DEMI HIDUP PANGGILAN

“Etika dalam Hidup Komunitas”